Apa ini? sebuah pertanyaan yang terdapat di
dalam benakku, aku merasa hangat dan nyaman. Tiba-tiba ku coba membuka mataku
dan aku melihat kedua telapak tanganku, tubuhku dan kedua kakiku yang berpijak
pada sebuah sebidang tanah. Tetapi saat kulihat sekelilingku dan yang kulihat
hanya kosong dan putih, terhentak diriku karena terkaget atas apa yang kulihat.
Apa ini?! awalnya menjadi sebuah pertanyaan
yang berada di dalam kepalaku, sekarang menjadi sebuah rasa kaget dan ketakutan
yang bercampur menjadi satu. Tapi pelan-pelan kucoba kuasai diriku ini dan mencoba untuk berpikir
dimanakah diriku, sambil ku coba untuk memahami keadaan sekitarnya.
“Dimana aku?”, pertanyaan yang kemudian
terucap dari mulutku diikuti dengan rasa penasaran dan takut yang saling bercampur,
walau perasaan terkejutku sudah mulai hilang.
Saat ku tengok ke arah kanan, terlihat
seseorang yang berada pada horison. Aku berpikir sejenak dan lagi-lagi beberapa
pertanyaan pun terlontar kembali dari kepalaku, siapakah gerangan sosok orang yang
ku lihat itu? apa maunya orang tersebut? dan mengapa tiba-tiba baru muncul
sekarang?
Pertanyaan tersebut membuat diriku mencoba
melangkah dan mendekati sosok orang tersebut, siapakah gerangan? apakah seorang
laki-laki atau wanita? apakah kawan atau justru musuh yang mengintai? lagi-lagi
banyak pertanyaan kembali muncul di dalam kepalaku. Ketika saat ku dekati sosok
tersebut, ternyata terlihat sebagai seorang laki-laki yang memiliki tubuh cukup
tegap dan berdiri membelakangi diriku, memiliki tinggi yang hampir sepantar
seperti diriku mungkin lebih tinggi 2-3 cm lebih tinggi dari tinggi badanku
yang, jika aku tidak salah ingat, 170 cm.
Seseorang itu berdiri diam membelakangi
diriku dan terlihat seperti seeorang yang memiliki pikiran yang sangat fokus
terhadap apa yang dilihatnya saat ini tanpa terganggu dengan kondisi
disekitarnya.
“Siapakah orang ini?”, ucap diriku sembari
aku tetap berjalan mendekati dan menghampiri sosok tersebut.
Saat ku coba untuk menggapainya dan ingin
menepuk salah satu bahunya dengan tangan kananku, tiba-tiba saja ada seseorang
yang menggenggam tangan kiriku dan menariknya dengan hentakan yang cukup keras
hingga seketika diriku terperanjat dan berpaling melihat siapakah gerangan
orang yang menarik diriku.
Cukup membuatku terkejut dan terpana,
ternyata seseorang tersebut adalah Evelyn yang menggunakan salah satu gaun
kesukaannya yang berwarna merah muda dengan rok setiggi lututnya tergerai
karena hembusan angin dan kedua tangannya menggenggam tangan kiriku. Dia
terlihat sangat manis dengan senyuman yang menghiasi wajahnya, kedua lesung
pipinya pun menjadi sebuah pemanis bagi wajahnya ang berparas cantik dan angin
yang bertiup menggerai rambutnya yang sepanjang bahu tersebut.
“Evelyn? Apa yang kau lakukan disini?
Bagaimana kau menemukan diriku?”, tanya aku kepada sosok Evelyn yang berada di
hadapanku.
Kemudian Evelyn pun melepaskan genggamannya
dan berjalan mundur menjauhi diriku, setelah beberapa langkah kemudian Evelyn
pun memalingkan tubuhnya terhadap diriku. Tanpa menoleh kembali kepada diriku,
dia tetap berjalan meninggalkanku seolah-olah aku telah keluar dari
kehidupannya.
Aku tidak dapat membiarkan hal itu terjadi
dan tanpa berpikir panjang aku mencoba berjalan dan sedikit berlari untuk
mengejarnya, terus dan terus ku coba untuk mendekatinya akan tetapi sepertinya
jarak antara kita tidak semakin mendekat. Saat kucoba untuk sedikit memacu
langkah lariku, tiba-tiba langkahku terhenti dan aku tidak dapat menggerakkan
kakiku sama sekali.
“Ada apa ini?”, ucapku dan kucoba memahami
sebab mengapa diriku tidak dapat bergerak, ternyata tanah ditempatku berdiri
berubah menjadi sebuah lumpur hisap.
Diriku seketika terkejut dan mencoba untuk
menyelamatkan diri dengan menggerakkan kedua kakiku, akan tetapi hal itu hanya
memperparah keadaanku. Semakin bergerak lumpur tersebut semakin menghisap kedua
kakiku semakin dalam, kucoba untuk menenangkan diri dan mencoba melihat sekitar
apakah ada sesuatu yang dapat kugunakan untuk menyelamatkan diri dan di saat
yang bersamaan kulihat Evelyn dikejauhan berhenti menjauh dan berdiam diri
melihat aku dengan kedua tangannya berpaut dan diletakkan di depan dadanya.
Aku tidak bisa hanya berdiam diri saja
melihat Evelyn dan sedangkan diriku semakin lama semakin terjebak dan terhisap
masuk ke dalam lumpur ini. Sebuah tangan terjulur di sisi kanan wajahku,
kebingungan kembali melanda diriku dan sempat bertanya dalam hati “Siapakah ini
yang memberikan bantuan kepada diriku?”.
Ku dongakkan kepalaku untuk mencari tahu
siapa geragan seseorangan yang menawarkan bantuan tersebut, akan tetapi cahaya
mentari yang bersinar dibelakang sosok pria tersebut membuat bayangan yang menutupi
wajahnya. Tanpa ragu ku raih tangan tersebut dan coba untuk menarik seluruh
tubuhku keluar dari lumpur hisap ini, kutarik tubuh ini dengan segala kekuatan
yang ada sehingga tangan kiriku yang semula terjebak menjadi terbebas dan kucoa
untuk menggapainya, hal tersebut disambut oleh pria tersebut dengan memberikan
tangan kirinya.
Dengan kedua tangan kita saling bertaut dan
berpegangan menyilang dihadapanku, kita mencoba untuk saling menarik diri. Pria
tersebut berusaha keras untuk menarikku keluar dari bahaya dan aku berusaha
untuk mengangkat tubuhku keluar dari masalah lumpur hisap ini. Dengan segala
daya upaya dan tenaga yang terdapat ditubuhku ini, sedikit demi sedikit kami
dapat menarik tubuhku keluar dari lumpur hisap ini, dengan mengerahkan lagi
tenaga kami dan lebih banyak lagi untuk
keluar dari lumpur ini.
Akhirnya pria tersebut berhasil menarik
diriku keluar dengan selamat secara perlahan, hal itu membuat kami berdua
terjatuh. Pria tersebut terjerembab dan mencoba untuk menahan jatuhnya dengan
kedua tangannya ke belakang dan akhirnya dia jatuh tepat dipinggir lumpur hisap
tersebut, sedangkan diriku mencoba untuk menahan jatuhku dengan kedua tangan
terjulur kedepan dan mendarat dengan kedua lututku dengan napas yang
tersengal-sengal.
Sesaat aku merasa sangat beruntung dan
kelelahan yang amat sangat, tak kuasa akhirnya ku berputar dan terduduk di
tanah dan kudapati lumpur tersebut telah menghilang. Aneh memang tapi aku
menjadi tidak lagi terkejut setelah apa yang ku alami secara beruntun saat ini,
pria tersebut tiba-tiba datang dan berdiri di kananku. Karena merasa berhutang
budi, dengan seketika aku pun ikut berdiri dan mencoba untuk memberikan
tanganku sebagai ucapan terima kasih, hal itu pun disambutnya dengan memberikan
tangannya dan menyalami aku serta senyuman lega di wajahnya.
Akhirnya aku dapat melihat wajahnya, “aku
tidak mengenal pria ini, tetapi aku telah berhutang budi paa dirinya.” ucapku
dlam hati. Akan tetapi aku merasa terdapat rasa sakit yang mendalam dan perih
disekujur tubuhku yang dimulai dari arah kananku, seperti ada cairan yang
membasahi tubuhku disekitar perut dan rusukku. Selain itu kurasakan ada
seseorang yang tiba-tiba muncul dibelakangku.
Air muka pria yang dihadapanku pun dengan
seketika berubah menjadi terkejut dan takut, akan tetapi tak kuasa dengan
menahan rasa sakit yang kurasakan ini kucoba untuk mencari tahu penyebabnya.
Saat ku aihkan pandanganku ke arah datangnya rasa sakit tersebut kulihat ada
belati yang menusuk rusuk kananku dan tergenggam erat oleh sebuah tangan dan
memang terlihat bahwa yang menusukku bersumber dari seseorang yang saat ini
berada dibelakangku.
Sesaat yang lalu ketika melihat lumpur hisap
menghilang dihadapanku, diriku sudah tidak lagi terkejut tapi kejadian ini
membuat diriku kembali terkejut dan mengucapkan sebuah pertanyaan yang paling
mendasar “Mengapa kau lakukan ini kepadaku?”, ucapku kepada seseorang yang
telah menikamku dari belakang.
Orang tersebut kemudian memelukku dari
belakang dengan tangan yang lainnya dan kurasakan wajahnya mendekati telinga
kananku, tanpa terasa tangan kananku pun melepaskan salaman ungkapan rasa
terima kasih terhadap orang yang berada dihadapanku itu dan terjatuh lemas
karena rasa sakit dan darah yang terus keluar dari luka tusuk itu. Kurasakan dengan
pasti bahwa yang menusukku itu adalah seorang wanita, mengapa aku bisa
kupastikan hal tersebut? karena yang kurasakan pada punggungku itu adalah
sepasang buah dada dan hanya wanita yang memilikinya.
Tapi mengapa wanita ini mencoba untuk
membunuhku? pertanyaan yang terlintas di dalam pikiranku.
“Ssst... jangan berpikir macam-macam dan
jangan kau coba lari lagi, karena itu akan membuatmu terluka dan membunuhmu.”,
ucap wanita itu sambil berbisik di telinga kananku.
Walaupun wanita itu telah menusukku tapi
dekapan dan pelukannya yang datang kepadaku terasa hangat dan menenangkan
segala gundah dan resah dipikiranku, di saat yang bersamaan rasa sakit itu
kembali menerpa seraya dengan ditarik keluar belati tersebut dari tubuhku. Rasa
sakit yang tak tertahankan kembali menguasai pikiranku dan tak kuasa membuatku
mengerang kesakitan yang menyerang tubuhku, secara spontan tangan kiriku pun
mulai bergerak berupaya untuk menahan rasa sakit itu.
Tangan wanita itu pun mulai melepaskan
dekapannya dan hal itu membuatku jatuh tersungkur dan pria yang berada
dihadapanku itu masih terpaku dengan rasa takutnya hingga tidak dapat menahan
dan menghentikan jatuhku ini, segala tubuhku terasa tak berdaya dan lututku lah
yang menjadi tumpuan berikutnya saat terjatuh.
Ku coba untuk menghentikan jatuhnya tubuhku
ini dengan daya upaya ku sendiri, kedua lengan ku coba gerakkan untuk menahan
tubuhku yang telah jatuh dan berlutut. Di saat-saat terakhir ketika tubuh ini
hendak jatuh tersungkur dan tidak berhasilnya aku menggerakan kedua lenganku
untuk menahan tubuh ini, Evelyn datang dan berhasil menangkap aku, tapi tunggu
sepertinya tidak hanya itu saja yang kurasakan. Tiba-tiba segala rasa sakit
yang ku rasakan menghilang begitu saja dan seluruh tubuhku seperti sedia kala
dan terisi dengan tenaga yang telah hilang ketika saat aku mencoba
menyelamatkan diri dari lumpur hisap sebelumnya.
Aku dalam dekapan dan pelukan Evelyn, saat
seperti ini mengingatkan ku saat aku masih berada dilingkunganku, saat aku
jatuh tak berdaya ketika kalah dalam perkelahian pelajar dengan sahabatku
sendiri yang saat itu cemburu dengan segala pujian yang aku dapatkan ketika
mengikuti perlombaan saat sekolah. Walau tak menang, tapi pujian tersebut
dikarenakan ada peserta lomba lain yang melihat saat aku mencoba menyelamatkan
sahabatku itu dari marabahaya yang menimpanya.
Apakah itu menjadi kesalahanku, walau aku
telah mengalah agar sahabatku menjadi pemenang dan aku pun tidak mengharapkan
pujian itu? Pukulan demi pukulan aku coba elakkan dan terima tanpa sedikit pun
aku membalasnya serta berusaha menjelaskan segalanya kepada sahabatku, Rudi,
kita telah bersahabat dimulai saat kau pindah ke sebelah rumahku ketika kita
masih duduk di bangku sekolah dasar hingga kini, kurasakan setiap amarah dan
kemurkaan mu.
“Tenang Erik, aku ada disini untukmu.”, ucap
Evelyn yang saat itu dan sekarang tetap dapat membuatku nyaman dan menenangkan
hatiku. Lalu kurasakan kehampaan dalam dekapan itu, perlahan ku coba bangkit
dan ku lihat sosok Evelyn yang perlahan juga memudar di hadapanku dan tidak ada
lagi sosok pria yang sesaat tadi masih terpaku.
Aku teringat dengan tusukan pada tubuhku, ku
coba lihat dan merabanya, yang ada hanya baju yang berlumuran darah tapi tanpa
ada luka, Ketika itu ku kembalikan pandanganku ke arah Evelyn dan kembali lagi
semua menghilang dan lenyap, aku coba untuk mencari Evelyn ke setiap arah tapi
yang kulihat hanya padang rumput yang luas dan tak berujung.
Ku coba berdiri dengan cepat dan terus
menerus menengok ke segala arah tapi nihil, semua itu sia-sia tidak kulihat
sesosok orang pun di segala penjuru arah dan tiba-tiba seluruh tubuh ini
menjadi berat, lemah tak berdaya dan membuatku terjatuh kembali ke belakang dan
segala sesuatunya seperti pergi dengan cepat dan menghilang menjadi putih dan
mataku kembali terpejam, semua kembali hilang bersama dengan kesadaranku.
Kesadaranku mulai pulih kembali, aku sadar
dan terdengar seperti suara orang yang sedang berbincang-bincang. Saat ku coba
membuka mataku yang terasa sangat berat, pelan-pelang ku melihat cahaya
matahari, ku picingkan mata untuk dapat menyesuaikan diri dan kulihat
samar-samar menjadi jelas seorang wanita dengan wajah cemas melihat diriku.
Aku tak henti-hentinya merasa terkejut, tapi
segalanya menjadi sirna ketika kurasakan rasa sakit yang menyerang kepalaku. “Siapa
kamu? Dimana aku?”, tanyaku kepada wanita tersebut.
“Sebaliknya anak muda, akulah yang bertanya
siapa kamu? dan mengapa kau pingsan di depan tempat tinggal kumuh kami?”, ucap
seorang lelaki tua yang muncul dari belakang sebelah kanan wanita yang sedang
menatapku.