10.16.2012

Prolog: Bagian 2: Kenyataan, Mimpi dan Rasa Takut


Apa ini? sebuah pertanyaan yang terdapat di dalam benakku, aku merasa hangat dan nyaman. Tiba-tiba ku coba membuka mataku dan aku melihat kedua telapak tanganku, tubuhku dan kedua kakiku yang berpijak pada sebuah sebidang tanah. Tetapi saat kulihat sekelilingku dan yang kulihat hanya kosong dan putih, terhentak diriku karena terkaget atas apa yang kulihat.

Apa ini?! awalnya menjadi sebuah pertanyaan yang berada di dalam kepalaku, sekarang menjadi sebuah rasa kaget dan ketakutan yang bercampur menjadi satu. Tapi pelan-pelan kucoba  kuasai diriku ini dan mencoba untuk berpikir dimanakah diriku, sambil ku coba untuk memahami keadaan sekitarnya.

“Dimana aku?”, pertanyaan yang kemudian terucap dari mulutku diikuti dengan rasa penasaran dan takut yang saling bercampur, walau perasaan terkejutku sudah mulai hilang.

Saat ku tengok ke arah kanan, terlihat seseorang yang berada pada horison. Aku berpikir sejenak dan lagi-lagi beberapa pertanyaan pun terlontar kembali dari kepalaku, siapakah gerangan sosok orang yang ku lihat itu? apa maunya orang tersebut? dan mengapa tiba-tiba baru muncul sekarang?

Pertanyaan tersebut membuat diriku mencoba melangkah dan mendekati sosok orang tersebut, siapakah gerangan? apakah seorang laki-laki atau wanita? apakah kawan atau justru musuh yang mengintai? lagi-lagi banyak pertanyaan kembali muncul di dalam kepalaku. Ketika saat ku dekati sosok tersebut, ternyata terlihat sebagai seorang laki-laki yang memiliki tubuh cukup tegap dan berdiri membelakangi diriku, memiliki tinggi yang hampir sepantar seperti diriku mungkin lebih tinggi 2-3 cm lebih tinggi dari tinggi badanku yang, jika aku tidak salah ingat, 170 cm.

Seseorang itu berdiri diam membelakangi diriku dan terlihat seperti seeorang yang memiliki pikiran yang sangat fokus terhadap apa yang dilihatnya saat ini tanpa terganggu dengan kondisi disekitarnya.

“Siapakah orang ini?”, ucap diriku sembari aku tetap berjalan mendekati dan menghampiri sosok tersebut.

Saat ku coba untuk menggapainya dan ingin menepuk salah satu bahunya dengan tangan kananku, tiba-tiba saja ada seseorang yang menggenggam tangan kiriku dan menariknya dengan hentakan yang cukup keras hingga seketika diriku terperanjat dan berpaling melihat siapakah gerangan orang yang menarik diriku.

Cukup membuatku terkejut dan terpana, ternyata seseorang tersebut adalah Evelyn yang menggunakan salah satu gaun kesukaannya yang berwarna merah muda dengan rok setiggi lututnya tergerai karena hembusan angin dan kedua tangannya menggenggam tangan kiriku. Dia terlihat sangat manis dengan senyuman yang menghiasi wajahnya, kedua lesung pipinya pun menjadi sebuah pemanis bagi wajahnya ang berparas cantik dan angin yang bertiup menggerai rambutnya yang sepanjang bahu tersebut.

“Evelyn? Apa yang kau lakukan disini? Bagaimana kau menemukan diriku?”, tanya aku kepada sosok Evelyn yang berada di hadapanku.

Kemudian Evelyn pun melepaskan genggamannya dan berjalan mundur menjauhi diriku, setelah beberapa langkah kemudian Evelyn pun memalingkan tubuhnya terhadap diriku. Tanpa menoleh kembali kepada diriku, dia tetap berjalan meninggalkanku seolah-olah aku telah keluar dari kehidupannya.

Aku tidak dapat membiarkan hal itu terjadi dan tanpa berpikir panjang aku mencoba berjalan dan sedikit berlari untuk mengejarnya, terus dan terus ku coba untuk mendekatinya akan tetapi sepertinya jarak antara kita tidak semakin mendekat. Saat kucoba untuk sedikit memacu langkah lariku, tiba-tiba langkahku terhenti dan aku tidak dapat menggerakkan kakiku sama sekali.

“Ada apa ini?”, ucapku dan kucoba memahami sebab mengapa diriku tidak dapat bergerak, ternyata tanah ditempatku berdiri berubah menjadi sebuah lumpur hisap.

Diriku seketika terkejut dan mencoba untuk menyelamatkan diri dengan menggerakkan kedua kakiku, akan tetapi hal itu hanya memperparah keadaanku. Semakin bergerak lumpur tersebut semakin menghisap kedua kakiku semakin dalam, kucoba untuk menenangkan diri dan mencoba melihat sekitar apakah ada sesuatu yang dapat kugunakan untuk menyelamatkan diri dan di saat yang bersamaan kulihat Evelyn dikejauhan berhenti menjauh dan berdiam diri melihat aku dengan kedua tangannya berpaut dan diletakkan di depan dadanya.

Aku tidak bisa hanya berdiam diri saja melihat Evelyn dan sedangkan diriku semakin lama semakin terjebak dan terhisap masuk ke dalam lumpur ini. Sebuah tangan terjulur di sisi kanan wajahku, kebingungan kembali melanda diriku dan sempat bertanya dalam hati “Siapakah ini yang memberikan bantuan kepada diriku?”.

Ku dongakkan kepalaku untuk mencari tahu siapa geragan seseorangan yang menawarkan bantuan tersebut, akan tetapi cahaya mentari yang bersinar dibelakang sosok pria tersebut membuat bayangan yang menutupi wajahnya. Tanpa ragu ku raih tangan tersebut dan coba untuk menarik seluruh tubuhku keluar dari lumpur hisap ini, kutarik tubuh ini dengan segala kekuatan yang ada sehingga tangan kiriku yang semula terjebak menjadi terbebas dan kucoa untuk menggapainya, hal tersebut disambut oleh pria tersebut dengan memberikan tangan kirinya.

Dengan kedua tangan kita saling bertaut dan berpegangan menyilang dihadapanku, kita mencoba untuk saling menarik diri. Pria tersebut berusaha keras untuk menarikku keluar dari bahaya dan aku berusaha untuk mengangkat tubuhku keluar dari masalah lumpur hisap ini. Dengan segala daya upaya dan tenaga yang terdapat ditubuhku ini, sedikit demi sedikit kami dapat menarik tubuhku keluar dari lumpur hisap ini, dengan mengerahkan lagi tenaga kami  dan lebih banyak lagi untuk keluar dari lumpur ini.

Akhirnya pria tersebut berhasil menarik diriku keluar dengan selamat secara perlahan, hal itu membuat kami berdua terjatuh. Pria tersebut terjerembab dan mencoba untuk menahan jatuhnya dengan kedua tangannya ke belakang dan akhirnya dia jatuh tepat dipinggir lumpur hisap tersebut, sedangkan diriku mencoba untuk menahan jatuhku dengan kedua tangan terjulur kedepan dan mendarat dengan kedua lututku dengan napas yang tersengal-sengal.

Sesaat aku merasa sangat beruntung dan kelelahan yang amat sangat, tak kuasa akhirnya ku berputar dan terduduk di tanah dan kudapati lumpur tersebut telah menghilang. Aneh memang tapi aku menjadi tidak lagi terkejut setelah apa yang ku alami secara beruntun saat ini, pria tersebut tiba-tiba datang dan berdiri di kananku. Karena merasa berhutang budi, dengan seketika aku pun ikut berdiri dan mencoba untuk memberikan tanganku sebagai ucapan terima kasih, hal itu pun disambutnya dengan memberikan tangannya dan menyalami aku serta senyuman lega di wajahnya.

Akhirnya aku dapat melihat wajahnya, “aku tidak mengenal pria ini, tetapi aku telah berhutang budi paa dirinya.” ucapku dlam hati. Akan tetapi aku merasa terdapat rasa sakit yang mendalam dan perih disekujur tubuhku yang dimulai dari arah kananku, seperti ada cairan yang membasahi tubuhku disekitar perut dan rusukku. Selain itu kurasakan ada seseorang yang tiba-tiba muncul dibelakangku.

Air muka pria yang dihadapanku pun dengan seketika berubah menjadi terkejut dan takut, akan tetapi tak kuasa dengan menahan rasa sakit yang kurasakan ini kucoba untuk mencari tahu penyebabnya. Saat ku aihkan pandanganku ke arah datangnya rasa sakit tersebut kulihat ada belati yang menusuk rusuk kananku dan tergenggam erat oleh sebuah tangan dan memang terlihat bahwa yang menusukku bersumber dari seseorang yang saat ini berada dibelakangku.

Sesaat yang lalu ketika melihat lumpur hisap menghilang dihadapanku, diriku sudah tidak lagi terkejut tapi kejadian ini membuat diriku kembali terkejut dan mengucapkan sebuah pertanyaan yang paling mendasar “Mengapa kau lakukan ini kepadaku?”, ucapku kepada seseorang yang telah menikamku dari belakang.

Orang tersebut kemudian memelukku dari belakang dengan tangan yang lainnya dan kurasakan wajahnya mendekati telinga kananku, tanpa terasa tangan kananku pun melepaskan salaman ungkapan rasa terima kasih terhadap orang yang berada dihadapanku itu dan terjatuh lemas karena rasa sakit dan darah yang terus keluar dari luka tusuk itu. Kurasakan dengan pasti bahwa yang menusukku itu adalah seorang wanita, mengapa aku bisa kupastikan hal tersebut? karena yang kurasakan pada punggungku itu adalah sepasang buah dada dan hanya wanita yang memilikinya.

Tapi mengapa wanita ini mencoba untuk membunuhku? pertanyaan yang terlintas di dalam pikiranku.

“Ssst... jangan berpikir macam-macam dan jangan kau coba lari lagi, karena itu akan membuatmu terluka dan membunuhmu.”, ucap wanita itu sambil berbisik di telinga kananku.

Walaupun wanita itu telah menusukku tapi dekapan dan pelukannya yang datang kepadaku terasa hangat dan menenangkan segala gundah dan resah dipikiranku, di saat yang bersamaan rasa sakit itu kembali menerpa seraya dengan ditarik keluar belati tersebut dari tubuhku. Rasa sakit yang tak tertahankan kembali menguasai pikiranku dan tak kuasa membuatku mengerang kesakitan yang menyerang tubuhku, secara spontan tangan kiriku pun mulai bergerak berupaya untuk menahan rasa sakit itu.

Tangan wanita itu pun mulai melepaskan dekapannya dan hal itu membuatku jatuh tersungkur dan pria yang berada dihadapanku itu masih terpaku dengan rasa takutnya hingga tidak dapat menahan dan menghentikan jatuhku ini, segala tubuhku terasa tak berdaya dan lututku lah yang menjadi tumpuan berikutnya saat terjatuh.

Ku coba untuk menghentikan jatuhnya tubuhku ini dengan daya upaya ku sendiri, kedua lengan ku coba gerakkan untuk menahan tubuhku yang telah jatuh dan berlutut. Di saat-saat terakhir ketika tubuh ini hendak jatuh tersungkur dan tidak berhasilnya aku menggerakan kedua lenganku untuk menahan tubuh ini, Evelyn datang dan berhasil menangkap aku, tapi tunggu sepertinya tidak hanya itu saja yang kurasakan. Tiba-tiba segala rasa sakit yang ku rasakan menghilang begitu saja dan seluruh tubuhku seperti sedia kala dan terisi dengan tenaga yang telah hilang ketika saat aku mencoba menyelamatkan diri dari lumpur hisap sebelumnya.

Aku dalam dekapan dan pelukan Evelyn, saat seperti ini mengingatkan ku saat aku masih berada dilingkunganku, saat aku jatuh tak berdaya ketika kalah dalam perkelahian pelajar dengan sahabatku sendiri yang saat itu cemburu dengan segala pujian yang aku dapatkan ketika mengikuti perlombaan saat sekolah. Walau tak menang, tapi pujian tersebut dikarenakan ada peserta lomba lain yang melihat saat aku mencoba menyelamatkan sahabatku itu dari marabahaya yang menimpanya.

Apakah itu menjadi kesalahanku, walau aku telah mengalah agar sahabatku menjadi pemenang dan aku pun tidak mengharapkan pujian itu? Pukulan demi pukulan aku coba elakkan dan terima tanpa sedikit pun aku membalasnya serta berusaha menjelaskan segalanya kepada sahabatku, Rudi, kita telah bersahabat dimulai saat kau pindah ke sebelah rumahku ketika kita masih duduk di bangku sekolah dasar hingga kini, kurasakan setiap amarah dan kemurkaan mu.

“Tenang Erik, aku ada disini untukmu.”, ucap Evelyn yang saat itu dan sekarang tetap dapat membuatku nyaman dan menenangkan hatiku. Lalu kurasakan kehampaan dalam dekapan itu, perlahan ku coba bangkit dan ku lihat sosok Evelyn yang perlahan juga memudar di hadapanku dan tidak ada lagi sosok pria yang sesaat tadi masih terpaku.

Aku teringat dengan tusukan pada tubuhku, ku coba lihat dan merabanya, yang ada hanya baju yang berlumuran darah tapi tanpa ada luka, Ketika itu ku kembalikan pandanganku ke arah Evelyn dan kembali lagi semua menghilang dan lenyap, aku coba untuk mencari Evelyn ke setiap arah tapi yang kulihat hanya padang rumput yang luas dan tak berujung.

Ku coba berdiri dengan cepat dan terus menerus menengok ke segala arah tapi nihil, semua itu sia-sia tidak kulihat sesosok orang pun di segala penjuru arah dan tiba-tiba seluruh tubuh ini menjadi berat, lemah tak berdaya dan membuatku terjatuh kembali ke belakang dan segala sesuatunya seperti pergi dengan cepat dan menghilang menjadi putih dan mataku kembali terpejam, semua kembali hilang bersama dengan kesadaranku.

Kesadaranku mulai pulih kembali, aku sadar dan terdengar seperti suara orang yang sedang berbincang-bincang. Saat ku coba membuka mataku yang terasa sangat berat, pelan-pelang ku melihat cahaya matahari, ku picingkan mata untuk dapat menyesuaikan diri dan kulihat samar-samar menjadi jelas seorang wanita dengan wajah cemas melihat diriku.

Aku tak henti-hentinya merasa terkejut, tapi segalanya menjadi sirna ketika kurasakan rasa sakit yang menyerang kepalaku. “Siapa kamu? Dimana aku?”, tanyaku kepada wanita tersebut.

“Sebaliknya anak muda, akulah yang bertanya siapa kamu? dan mengapa kau pingsan di depan tempat tinggal kumuh kami?”, ucap seorang lelaki tua yang muncul dari belakang sebelah kanan wanita yang sedang menatapku.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar