7.06.2012

Layanan IaaS Google: Google Compute Engine


Google menghadirkan produk-produknya mulai dengan teknologi Cloud yang berbasiskan pada platform SaaS (Software as a Service), yaitu Google Apps. Google pun mulai merambah pada platform PaaS (Platform as a Service) yang menyediakan sebuah layanan cloud bagi para penggunanya untuk membuat atau menjalankan aplikasi pada komputer yang terdapat pada data center milik Google, akan tetapi memang terbatas pada bahasa pemrograman seperti Python, Java, PHP melalui versi spesial Quercus dan Go. Pada Google I/O 2012 diperkenalkanlah sebuah produk baru teknologi Cloud Computing denganplatform IaaS (Infrastructure as a Service) bernama Google Compute Engine, sebuah produk yang memperbolehkan penggunanya untuk menjalankan Linux Virtual Machine pada infrastruktur data centermilik Google.
Google Compute Engine (GCE)
Google telah menghadirkan sebuah layanan Cloud yang mampu bersaing dengan layanan sejenis milik Amazon, yaitu Amazon EC2 (Amazon Elastic Compute Cloud) atau Microsoft Windows Azure yang sama-sama dapat menyediakan sebuah lingkungan komputasi yang memiliki kemampuan tinggi bagi para pengembang dan penyewa aplikasi bisnis yang berjalan diatas Virtual Machine pada infrastruktur milik para penyedia layanan tersebut. Pada Google, hal ini disebutkan secara spesifik bahwa produk miliknya dibangun dengan menggunakan KVM hypervisor, sebuah perangkat lunak kode terbuka yang ditujukan untuk menjalankan Virtual Machine diatas sistem operasi Linux.
Menurut Michael Crandell, CEO dan pendiri dari RightScale sebagaimana dikutip oleh situs berita infowordl bahwa Crandle mengatakan tiga hal yang perlu diperhatikan oleh Google Compute Engine, pertama adalah bagaimana cara Google menaikan kegunaan dari jaringan pribadi mereka untuk membuat sumber daya Cloud tersebut dapat diakses secara seragam di seluruh penjuru dunia. Bagaimana secara tepat jaringan tersebut diimplementasikan tidak diungkapkan oleh Google, akan tetapi kuncinya adalah keseluruhan struktur terlihat menjadi sebagai satu jaringan dari sudut pandang pemrograman. Yang kedua adalah boot time yang cepat dan konsisten, Ubuntu image dasar memiliki waktu boot 2 menit dan yang terakhir adalah enkripsi pada setiap media penyimpanan, baik yang berada di lokal atau terpasang melalui jaringan.
Fitur Pada GCE
Google menawarkan fitur-fitur yang tidak kalah menariknya terhadap para pesaingnya, para pengguna GCE dapat membuat VM dengan berbagai konfigurasi yang dapat dipergunakan. Menggunakan beragam tools dan otentifikasi Oauth 2.0 untuk mengatur VM pengguna melalui konsol Compute Engine atau RESTful API atau bahkan hanya melalui command line. Media penyimpanan dan jaringan komputer yang fleksibel, dimulai dari ephemeral disk (penyimpanan tidak tetap), persistent disk (tetap) atau dengan Google Cloud Storage.
gce-machine-config-variety
Variasi komputasi yang terdapat pada GCE (sumber:https://developers.google.com/compute/docs/index)
Kemampuan dan Performa GCE
Dengan datacenter yang dimiliki oleh Google di penjuru dunia, memberikan sumber daya komputasi yang sangat tinggi. Sebelum GCE dihadirkan, Google berhasil dalam menangani tugas komputasi dalam skala raksasa, seperti mengindeks web dan menangani pencarian tiap harinya, menangani setiap komputasi awan dalam skala besar pada layanan milik Google.
Hal ini dibuktikan dalam demo penggunaan GCE pada acara Google I/O 2012 oleh Institute for System Biology dengan menjalankan genomics app – dikatakan bahwa GCE dapat menggunakan 770.000 inti – terlihat pada demo tersebut GCE mampu mengakses hingga 600.000 inti yang terdiri dari VM berinti 1, 2, 4 atau 8.
googel-compute-engine-Urs-Holzle-600000-cores
Demo GCE pada Google I/O 2012 (sumber: extremetech.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar