10.16.2012

Prolog: Bagian 2: Kenyataan, Mimpi dan Rasa Takut


Apa ini? sebuah pertanyaan yang terdapat di dalam benakku, aku merasa hangat dan nyaman. Tiba-tiba ku coba membuka mataku dan aku melihat kedua telapak tanganku, tubuhku dan kedua kakiku yang berpijak pada sebuah sebidang tanah. Tetapi saat kulihat sekelilingku dan yang kulihat hanya kosong dan putih, terhentak diriku karena terkaget atas apa yang kulihat.

Apa ini?! awalnya menjadi sebuah pertanyaan yang berada di dalam kepalaku, sekarang menjadi sebuah rasa kaget dan ketakutan yang bercampur menjadi satu. Tapi pelan-pelan kucoba  kuasai diriku ini dan mencoba untuk berpikir dimanakah diriku, sambil ku coba untuk memahami keadaan sekitarnya.

“Dimana aku?”, pertanyaan yang kemudian terucap dari mulutku diikuti dengan rasa penasaran dan takut yang saling bercampur, walau perasaan terkejutku sudah mulai hilang.

Saat ku tengok ke arah kanan, terlihat seseorang yang berada pada horison. Aku berpikir sejenak dan lagi-lagi beberapa pertanyaan pun terlontar kembali dari kepalaku, siapakah gerangan sosok orang yang ku lihat itu? apa maunya orang tersebut? dan mengapa tiba-tiba baru muncul sekarang?

Pertanyaan tersebut membuat diriku mencoba melangkah dan mendekati sosok orang tersebut, siapakah gerangan? apakah seorang laki-laki atau wanita? apakah kawan atau justru musuh yang mengintai? lagi-lagi banyak pertanyaan kembali muncul di dalam kepalaku. Ketika saat ku dekati sosok tersebut, ternyata terlihat sebagai seorang laki-laki yang memiliki tubuh cukup tegap dan berdiri membelakangi diriku, memiliki tinggi yang hampir sepantar seperti diriku mungkin lebih tinggi 2-3 cm lebih tinggi dari tinggi badanku yang, jika aku tidak salah ingat, 170 cm.

Seseorang itu berdiri diam membelakangi diriku dan terlihat seperti seeorang yang memiliki pikiran yang sangat fokus terhadap apa yang dilihatnya saat ini tanpa terganggu dengan kondisi disekitarnya.

“Siapakah orang ini?”, ucap diriku sembari aku tetap berjalan mendekati dan menghampiri sosok tersebut.

Saat ku coba untuk menggapainya dan ingin menepuk salah satu bahunya dengan tangan kananku, tiba-tiba saja ada seseorang yang menggenggam tangan kiriku dan menariknya dengan hentakan yang cukup keras hingga seketika diriku terperanjat dan berpaling melihat siapakah gerangan orang yang menarik diriku.

Cukup membuatku terkejut dan terpana, ternyata seseorang tersebut adalah Evelyn yang menggunakan salah satu gaun kesukaannya yang berwarna merah muda dengan rok setiggi lututnya tergerai karena hembusan angin dan kedua tangannya menggenggam tangan kiriku. Dia terlihat sangat manis dengan senyuman yang menghiasi wajahnya, kedua lesung pipinya pun menjadi sebuah pemanis bagi wajahnya ang berparas cantik dan angin yang bertiup menggerai rambutnya yang sepanjang bahu tersebut.

“Evelyn? Apa yang kau lakukan disini? Bagaimana kau menemukan diriku?”, tanya aku kepada sosok Evelyn yang berada di hadapanku.

Kemudian Evelyn pun melepaskan genggamannya dan berjalan mundur menjauhi diriku, setelah beberapa langkah kemudian Evelyn pun memalingkan tubuhnya terhadap diriku. Tanpa menoleh kembali kepada diriku, dia tetap berjalan meninggalkanku seolah-olah aku telah keluar dari kehidupannya.

Aku tidak dapat membiarkan hal itu terjadi dan tanpa berpikir panjang aku mencoba berjalan dan sedikit berlari untuk mengejarnya, terus dan terus ku coba untuk mendekatinya akan tetapi sepertinya jarak antara kita tidak semakin mendekat. Saat kucoba untuk sedikit memacu langkah lariku, tiba-tiba langkahku terhenti dan aku tidak dapat menggerakkan kakiku sama sekali.

“Ada apa ini?”, ucapku dan kucoba memahami sebab mengapa diriku tidak dapat bergerak, ternyata tanah ditempatku berdiri berubah menjadi sebuah lumpur hisap.

Diriku seketika terkejut dan mencoba untuk menyelamatkan diri dengan menggerakkan kedua kakiku, akan tetapi hal itu hanya memperparah keadaanku. Semakin bergerak lumpur tersebut semakin menghisap kedua kakiku semakin dalam, kucoba untuk menenangkan diri dan mencoba melihat sekitar apakah ada sesuatu yang dapat kugunakan untuk menyelamatkan diri dan di saat yang bersamaan kulihat Evelyn dikejauhan berhenti menjauh dan berdiam diri melihat aku dengan kedua tangannya berpaut dan diletakkan di depan dadanya.

Aku tidak bisa hanya berdiam diri saja melihat Evelyn dan sedangkan diriku semakin lama semakin terjebak dan terhisap masuk ke dalam lumpur ini. Sebuah tangan terjulur di sisi kanan wajahku, kebingungan kembali melanda diriku dan sempat bertanya dalam hati “Siapakah ini yang memberikan bantuan kepada diriku?”.

Ku dongakkan kepalaku untuk mencari tahu siapa geragan seseorangan yang menawarkan bantuan tersebut, akan tetapi cahaya mentari yang bersinar dibelakang sosok pria tersebut membuat bayangan yang menutupi wajahnya. Tanpa ragu ku raih tangan tersebut dan coba untuk menarik seluruh tubuhku keluar dari lumpur hisap ini, kutarik tubuh ini dengan segala kekuatan yang ada sehingga tangan kiriku yang semula terjebak menjadi terbebas dan kucoa untuk menggapainya, hal tersebut disambut oleh pria tersebut dengan memberikan tangan kirinya.

Dengan kedua tangan kita saling bertaut dan berpegangan menyilang dihadapanku, kita mencoba untuk saling menarik diri. Pria tersebut berusaha keras untuk menarikku keluar dari bahaya dan aku berusaha untuk mengangkat tubuhku keluar dari masalah lumpur hisap ini. Dengan segala daya upaya dan tenaga yang terdapat ditubuhku ini, sedikit demi sedikit kami dapat menarik tubuhku keluar dari lumpur hisap ini, dengan mengerahkan lagi tenaga kami  dan lebih banyak lagi untuk keluar dari lumpur ini.

Akhirnya pria tersebut berhasil menarik diriku keluar dengan selamat secara perlahan, hal itu membuat kami berdua terjatuh. Pria tersebut terjerembab dan mencoba untuk menahan jatuhnya dengan kedua tangannya ke belakang dan akhirnya dia jatuh tepat dipinggir lumpur hisap tersebut, sedangkan diriku mencoba untuk menahan jatuhku dengan kedua tangan terjulur kedepan dan mendarat dengan kedua lututku dengan napas yang tersengal-sengal.

Sesaat aku merasa sangat beruntung dan kelelahan yang amat sangat, tak kuasa akhirnya ku berputar dan terduduk di tanah dan kudapati lumpur tersebut telah menghilang. Aneh memang tapi aku menjadi tidak lagi terkejut setelah apa yang ku alami secara beruntun saat ini, pria tersebut tiba-tiba datang dan berdiri di kananku. Karena merasa berhutang budi, dengan seketika aku pun ikut berdiri dan mencoba untuk memberikan tanganku sebagai ucapan terima kasih, hal itu pun disambutnya dengan memberikan tangannya dan menyalami aku serta senyuman lega di wajahnya.

Akhirnya aku dapat melihat wajahnya, “aku tidak mengenal pria ini, tetapi aku telah berhutang budi paa dirinya.” ucapku dlam hati. Akan tetapi aku merasa terdapat rasa sakit yang mendalam dan perih disekujur tubuhku yang dimulai dari arah kananku, seperti ada cairan yang membasahi tubuhku disekitar perut dan rusukku. Selain itu kurasakan ada seseorang yang tiba-tiba muncul dibelakangku.

Air muka pria yang dihadapanku pun dengan seketika berubah menjadi terkejut dan takut, akan tetapi tak kuasa dengan menahan rasa sakit yang kurasakan ini kucoba untuk mencari tahu penyebabnya. Saat ku aihkan pandanganku ke arah datangnya rasa sakit tersebut kulihat ada belati yang menusuk rusuk kananku dan tergenggam erat oleh sebuah tangan dan memang terlihat bahwa yang menusukku bersumber dari seseorang yang saat ini berada dibelakangku.

Sesaat yang lalu ketika melihat lumpur hisap menghilang dihadapanku, diriku sudah tidak lagi terkejut tapi kejadian ini membuat diriku kembali terkejut dan mengucapkan sebuah pertanyaan yang paling mendasar “Mengapa kau lakukan ini kepadaku?”, ucapku kepada seseorang yang telah menikamku dari belakang.

Orang tersebut kemudian memelukku dari belakang dengan tangan yang lainnya dan kurasakan wajahnya mendekati telinga kananku, tanpa terasa tangan kananku pun melepaskan salaman ungkapan rasa terima kasih terhadap orang yang berada dihadapanku itu dan terjatuh lemas karena rasa sakit dan darah yang terus keluar dari luka tusuk itu. Kurasakan dengan pasti bahwa yang menusukku itu adalah seorang wanita, mengapa aku bisa kupastikan hal tersebut? karena yang kurasakan pada punggungku itu adalah sepasang buah dada dan hanya wanita yang memilikinya.

Tapi mengapa wanita ini mencoba untuk membunuhku? pertanyaan yang terlintas di dalam pikiranku.

“Ssst... jangan berpikir macam-macam dan jangan kau coba lari lagi, karena itu akan membuatmu terluka dan membunuhmu.”, ucap wanita itu sambil berbisik di telinga kananku.

Walaupun wanita itu telah menusukku tapi dekapan dan pelukannya yang datang kepadaku terasa hangat dan menenangkan segala gundah dan resah dipikiranku, di saat yang bersamaan rasa sakit itu kembali menerpa seraya dengan ditarik keluar belati tersebut dari tubuhku. Rasa sakit yang tak tertahankan kembali menguasai pikiranku dan tak kuasa membuatku mengerang kesakitan yang menyerang tubuhku, secara spontan tangan kiriku pun mulai bergerak berupaya untuk menahan rasa sakit itu.

Tangan wanita itu pun mulai melepaskan dekapannya dan hal itu membuatku jatuh tersungkur dan pria yang berada dihadapanku itu masih terpaku dengan rasa takutnya hingga tidak dapat menahan dan menghentikan jatuhku ini, segala tubuhku terasa tak berdaya dan lututku lah yang menjadi tumpuan berikutnya saat terjatuh.

Ku coba untuk menghentikan jatuhnya tubuhku ini dengan daya upaya ku sendiri, kedua lengan ku coba gerakkan untuk menahan tubuhku yang telah jatuh dan berlutut. Di saat-saat terakhir ketika tubuh ini hendak jatuh tersungkur dan tidak berhasilnya aku menggerakan kedua lenganku untuk menahan tubuh ini, Evelyn datang dan berhasil menangkap aku, tapi tunggu sepertinya tidak hanya itu saja yang kurasakan. Tiba-tiba segala rasa sakit yang ku rasakan menghilang begitu saja dan seluruh tubuhku seperti sedia kala dan terisi dengan tenaga yang telah hilang ketika saat aku mencoba menyelamatkan diri dari lumpur hisap sebelumnya.

Aku dalam dekapan dan pelukan Evelyn, saat seperti ini mengingatkan ku saat aku masih berada dilingkunganku, saat aku jatuh tak berdaya ketika kalah dalam perkelahian pelajar dengan sahabatku sendiri yang saat itu cemburu dengan segala pujian yang aku dapatkan ketika mengikuti perlombaan saat sekolah. Walau tak menang, tapi pujian tersebut dikarenakan ada peserta lomba lain yang melihat saat aku mencoba menyelamatkan sahabatku itu dari marabahaya yang menimpanya.

Apakah itu menjadi kesalahanku, walau aku telah mengalah agar sahabatku menjadi pemenang dan aku pun tidak mengharapkan pujian itu? Pukulan demi pukulan aku coba elakkan dan terima tanpa sedikit pun aku membalasnya serta berusaha menjelaskan segalanya kepada sahabatku, Rudi, kita telah bersahabat dimulai saat kau pindah ke sebelah rumahku ketika kita masih duduk di bangku sekolah dasar hingga kini, kurasakan setiap amarah dan kemurkaan mu.

“Tenang Erik, aku ada disini untukmu.”, ucap Evelyn yang saat itu dan sekarang tetap dapat membuatku nyaman dan menenangkan hatiku. Lalu kurasakan kehampaan dalam dekapan itu, perlahan ku coba bangkit dan ku lihat sosok Evelyn yang perlahan juga memudar di hadapanku dan tidak ada lagi sosok pria yang sesaat tadi masih terpaku.

Aku teringat dengan tusukan pada tubuhku, ku coba lihat dan merabanya, yang ada hanya baju yang berlumuran darah tapi tanpa ada luka, Ketika itu ku kembalikan pandanganku ke arah Evelyn dan kembali lagi semua menghilang dan lenyap, aku coba untuk mencari Evelyn ke setiap arah tapi yang kulihat hanya padang rumput yang luas dan tak berujung.

Ku coba berdiri dengan cepat dan terus menerus menengok ke segala arah tapi nihil, semua itu sia-sia tidak kulihat sesosok orang pun di segala penjuru arah dan tiba-tiba seluruh tubuh ini menjadi berat, lemah tak berdaya dan membuatku terjatuh kembali ke belakang dan segala sesuatunya seperti pergi dengan cepat dan menghilang menjadi putih dan mataku kembali terpejam, semua kembali hilang bersama dengan kesadaranku.

Kesadaranku mulai pulih kembali, aku sadar dan terdengar seperti suara orang yang sedang berbincang-bincang. Saat ku coba membuka mataku yang terasa sangat berat, pelan-pelang ku melihat cahaya matahari, ku picingkan mata untuk dapat menyesuaikan diri dan kulihat samar-samar menjadi jelas seorang wanita dengan wajah cemas melihat diriku.

Aku tak henti-hentinya merasa terkejut, tapi segalanya menjadi sirna ketika kurasakan rasa sakit yang menyerang kepalaku. “Siapa kamu? Dimana aku?”, tanyaku kepada wanita tersebut.

“Sebaliknya anak muda, akulah yang bertanya siapa kamu? dan mengapa kau pingsan di depan tempat tinggal kumuh kami?”, ucap seorang lelaki tua yang muncul dari belakang sebelah kanan wanita yang sedang menatapku.



10.13.2012

Prolog: Bagian 1: Hujan Deras


Derasnya hujan yang jatuh dari langit membasahi seluruh tubuhku, berdiri di tengah malam pada trotoar jalanan membuatku berpikir atas keberadaanku yang mungkin saja memang tidak diinginkan dikota ini. Mengapa diriku sampai berpikir seperti itu? tapi setelah segala perbuatanku yang membuat teman-temanku dan orang-orang disekelilingku merasa takut, aku rasa hal itu memang membuat siapa saja akan berpikir hal yang sama seperti diriku.

Dinginnya malam dan basahnya hujan yang menyelimuti tubuhku ini terasa sangat berbeda ketika aku sedang melihat dan teringat beberapa orang yang masih menerima diriku apa adanya. Dan saat ini dalam bayang-bayang malam dan diantara bangunan rumah tinggal ini, aku melihat mereka dalam sebuah rumah yang berada diseberang tempatku berdiri.

Terlihat melalui jendela yang menyala terang, kecemasan dan kesedihan menyelimuti seluruh wajah dan tindak-tanduk mereka. Keluargaku, dan teman baikku Evelyn berada didalam kecemasan tersebut. Tiba-tiba melihat mereka masih peduli terhadap diriku membuatku merasakan kehangatan dalam hati yang membuat diriku masih merasa hidup.

"Selamat tinggal semuanya, mungkin suatu saat aku akan kembali untuk kalian semua." ucapku lirih sembari memalingkan wajah dan tubuhku untuk menghilang di kegelapan malam itu.

Mengapa hal ini terjadi kepada diriku, mengapa aku memiliki kutukan ini, apakah ini semua memang sudah menjadi bagian dari takdirku? tapi mengapa takdirku yang telah diberikan oleh Yang Kuasa ini membuat diriku dan keluargaku tertekan. Apa maksud dari semua ini? segala pertanyaan itu terus menerus berputar-putar dikepalaku.

Ku terus melangkahkan kaki menyusuri jalanan kota ini, aku sendiri tidak tahu harus kemana atau mau kemana. Selama aku masih kuat untuk melangkah, akan aku lakukan untuk keluar dari kota ini, mungkin keluar dari negeri ini. Kucoba untuk terus berjalan menerobos derasnya hujan yang mengguyur sekujur tubuhku, akan tetapi bayang-bayang semua orang yang aku tinggalkan membuat langkah kakiku tertahan. Terus aku mencoba untuk meneguhkan pendirianku ini untuk coba meninggalkan segalanya dibelakangku, karena keberadaanku disini tidak diharapkan oleh lingkungan dan akan membuat orang-orang yang ku sayangi akan menderita.

“Ini semua demi mereka! Tidak boleh aku untuk menjadi lemah dan hanya bersandar kepada mereka.” ucapku kepada diriku sendiri untuk meneguhkan pendirian dan hatiku yang masih gundah.

Walaupun terdengar ucapanku itu egois karena memang itu semua adalah asumsi yang aku buat sendiri, akan tetapi hal tersebut disebabkan atas kejadian yang telah terjadi sebelumnya pada diriku dan mengakibatkan orang-orang disekitarku juga menderita karenanya. Dan aku pun bertekad untuk tidak akan membuat mereka menderita dan celaka lagi.

Langkah kaki pun berubah ritme menjadi lebih cepat dan lebih cepat lagi, sehingga tanpa diriku sadari bahwa aku telah membuat diriku melarikan diri dan menjauh dari kenyataan yang terjadi dibelakangku. Aku coba untuk kembali menghilang di kegelapan malam dan gang yang sempit, entah telah berapa jauh aku telah berlari dan entah kemana aku akan membawa diriku. Saat ini yang aku pikirkan adalah pergi sejauh-jauhnya dari tempat semula aku berada dan mencari tempat untuk berteduh dari dinginnya malam dan derasnya hujan yang membasahi kota ini.

Malam pun menjadi semakin larut, kehidupan di kota ini mulai terlihat berakhir. Tetapi aku terus berlari tanpa henti untuk terus berusaha untuk melarikan diri dan melupakan jati diriku yang sebenarnya dan menjadikan hal tersebut menjadi sebuah sejarah dalam kehidupanku. Sejarah yang ku pendam jauh di dalam pikiranku, aku tahu ini merupakan hal yang paling menyakitkan bagi diriku, mungkin tidak hanya bagiku tapi mereka yang juga peduli terhadap diriku. Pikiranku pun mulai kosong dan tenggelam dalam pelarianku, walau terlihat sangat konyol membuang segala identitas diri dan tidak mencoba untuk bertahan dalam hidup serta mempertahankan segala yang telah ku miliki.

Aku mungkin seorang yang bodoh, yap mungkin itulah aku. Seorang yang berpikiran sangat sempit dan bodoh untuk tidak dapat melihat bahwa betapa beruntungnya diriku ini, telah memiliki banyak orang yang peduli dan sayang terhadap diriku, akan tetapi saat aku melihat mereka menjadi yang tersakiti karena diriku, tidak, aku tidak ingin hal itu terjadi pada siapa pun. Biarlah aku yang menanggung hal itu semua, egois? ya memang benar. Bodoh? sudah pasti ini hal yang sangat bodoh.

Betapa tidak bodohnya diriku, aku memiliki uang untuk dapat dengan mudahnya aku mencari tempat pelarian yang baru, menggunakan segala transportasi yang dapat membantu diriku. Tetapi mengapa aku mencoba untuk menyakiti diriku sendiri dengan berlari di tengah derasnya hujan dan melewati setiap gang yang sempit dan daerah kumuh untuk menghilang dalam gelapnya malam. Menghindari setiap rintangan tembok, menyeberangi setiap jembatan yang ada, dan melewati setiap tikungan yang ku jumpai dan hal ini hanya untuk berlari dari kenyataan pahit yang ku alami sebelumnya.

Rasa sakit pada setiap tubuhku sudah tidak lagi aku rasakan lagi, kakiku pun mulai kehilangan kekuatannya untuk terus berlari lagi. Aku tidak tahu lagi sudah berapa lama atau sudah berapa jauh aku telah berlari hingga saat ini, tapi satu yang aku ketahui bahwa mungkin sesaat lagi aku akan mencapai batas kekuatan dari tubuhku sendiri.

Pandangan mataku pun mulai pudar dan berkunang-kunang, napasku pun mulai tidak beraturan dan tersengal-sengal, terasa sakit yang tak terkira di dadaku. Aku sempat berpikir bahwa inilah kekuatan terakhirku untuk hidup dan sesaat sebelum semuanya mulai hilang dalam ketidaksadaranku, tiba-tiba saja aku melihat sebuah rumah kumuh yang mungkin dapat membuat diriku sedikit beristirahat dari semua rasa sakit yang ku alami. Tubuh ini sudah mencapai puncaknya saat ku terus mencoba untuk mengalihkan pelarianku menuju rumah tersebut, aku pun tak tahu apakah rumah tersebut berpenghuni atau tidak yang terpenting saat ini yang ada dalam pikiranku dan instingku mengatakan untuk berhenti dan bertahan hidup.

Tubuh ini mulai mencapai titik terlemahnya, lariku pun terasa melambat dan kedua kakiku saat ini terasa sangat berat untuk melangkah. “Harus.... dapat.... sampai kesana....”, ucapku seraya mencoba membangun segala kekuatan diri yang terasa mulai redup dan menghilang sedikit demi sedikit tapi pasti. Dengan langkah yang terseok-seok dan walaupun harus menyeret kedua kakiku dan menarik tubuhku sendiri dengan kedua tangan ini, aku perlu berhenti sejenak dan berteduh.

Tapi akhirnya saat yang ku takutkan akhirnya datang juga, yaitu segala kekuatan dalam tubuhku pun mulai sirna dan pandanganku pun mulai gelap, pikiranku mulai kehilangan kesadarannya, walau insting bertahan hidupku terus berkata bahwa hanya tinggal sedikit lagi. Semuanya menjadi gelap dan mataku sudah tidak dapat terbuka lagi, kakiku pun sudah tidak mau melangkah lagi, kucoba ku ayunkan tanganku ke depan dan apa yang kurasakan pada telapak tanganku ini? sebuah benda keras dan kokoh terasa sangat jelas sekali pada telapak tangan ini, aku berpikir bahwa akhirnya aku telah sampai pada dinding rumah tersebut, aku telah mencapai tempat untuk berteduh dan akhirnya menjadi sangat dingin dan hening.


Prolog: Bagian 2: Kenyataan, Mimpi dan RasaTakut

10.12.2012

Layanan Editor Environment pada Cloud: Koding[en] (2)

Pada post sebelumnya mengenai Kodingen, bahwa disebutkan bahwa Layanan Editor Environment termasuk ke dalam platform PaaS atau SaaS pada Cloud Computing, setelah juga mereview dari penjelasan dari venturebeat mengenai perbedaan-perbedaan dalam layanan cloud computing.

Kodingen (beta) is ...
Pada Kodingen sendiri dapat dilihat bahwa layanan ini dimaksudnya sebagai sebuah layanan yang menghadirkan sebuah lingkungan sejenis editor yang dapat digunakan untuk membangun sebuah perangkat lunak berbasiskan web.  Hal tersebut jelas bahwa Kodingen adalah sebuah perangkat lunak yang siap digunakan dalam level produksi melalui jaringan internet, hal ini sesuai dengan penjelasan terhadap layanan SaaS.

Akan tetapi jika melihat pada fitur yang terdapat pada Kodingen (beta) pada Task Pane, terdapat fitur manajemen terhadap sumber daya yang dapat diatur dalam pemanfaatannya, pada web server, database server, ruang penyimpanan, domain, sub-domain, traffic, dan ftp.



 Penambahan resource yang terdapat pada Kodingen (beta)

Jika dilihat dari fakta yang terdapat pada Kodingen (beta) tersebut, hal tersebut mengacu pada deskripsi mengenai layanan PaaS yang dikemukakan oleh venturebeat tersebut. Jika mengacu kepada penjelasan yang ditulis pada website cloudave menyatakan perbedaan antara PaaS dan SaaS secara singkat:



  • PaaS – A service provided by a company, group, community, or government that provides a platform in which to develop software applications, usually web based, with immediate abstractions of the underlying infrastructure.
  • SaaS – A service provided by a company, group, community, or government that provides a software solution to the system clients.  The software may be internal to a business, delivered by other means, or most commonly delivered over the Internet.
atau "PaaS - Sebuah layanan yang disediakan oleh sebuah perusahaan, grup, komunitas atau pemerintahan yang menyediakan sebuah platform yang digunakan untuk mengembangkan aplikasi perangkat lunak, biasanya berbasis web, dengan pemisahan terhadap infrastruktur yang dibawahnya.
IaaS - Sebuah layanan yang disediakan oleh sebuah perusahaan, grup, komunitas atau pemerintahan yang menyediakan sebuah solusi perangkat lunak kepada sistem klien. Perangkat lunak tersebut mungkin adalah perangkat internal terhadap bisnis, disediakan dengan cara lain atau secara umumnya disediakan melalui jalur Internet."

Dari beberapa penjelasan tersebut dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa layanan Kodingen dapat dikatakan tergolong sebagai sebuah layanan PaaS, karena layanan tersebut memiliki sumber daya yang dapat diatur, dapat digunakan untuk membangun perangkat lunak aplikasi yang berbasis web dan terpisah dari manajemen Infrastruktur.

Kodingen = Editor on Clouds

Walaupun terdapat beberapa layanan yang sejenis ditawarkan oleh beberapa penyedia PaaS Clouds yang juga memberikan sebuah layanan editor environment pada web browser, sebut saja wavemaker yang mengijinkan para penggunanya dapat langsung menggunakan editor pada web browser mereka.

Seperti halnya Wavemaker, Kodingen memang ditujukan bagi para developer untuk dapat langsung mengeluarkan ide-ide segar mereka dalam bentuk source code pada editor yang tidak tergantung pada platform tertentu, tidak tergantung pada penggunaan mesin atau komputer tertentu, terbebas pada kerusakan media penyimpanan, terbebas dengan batasan penyediaan dan alokasi sumber daya mesin server dan teknologi web server dan mesin database dalam menghasilkan sebuah produk mereka sendiri.

Dukungan Kodingen

Sebagai sebuah layanan PaaS, Kodingen beta sendiri memberikan dukungan dalam kebebasan pemilihan editor. Terdapat Ace Editor, CodeMirror dan yMacs sebagai editor, selain itu pada pemilihan editor, Kodingen juga memberikan dukungan terhadap teknologi berbasis web yang dapat dibuat pada Kodingen, mungkin hal ini sudah di sebutkan pada tulisan sebelumnya atau di atas, yaitu HTML, PHP, Ruby, RoR dan Phyton.

Dukungan terhadap penggunaan beberapa subdomain, jika pada versi gratis subdomain yang dapat digunakan hanya 5 (lima) saja. Penggunaan database pun juga tidak terbatas pada satu akun saja, pada versi gratis saja diberikan 5 (lima) buah akun database, hal ini selaras dengan jumlah subdomain yang dapat digunakan.

5 (lima) buah ftp drives untuk 5 subdomain memang suatu padanan yang sangat pas, alokasi lainnya yang diberikan adalah 500MB penyimpanan dan 1Gb lalu lintas bulanan. Sebagai langkah awal bagi para pengembang untuk mulai menciptakan produk-produk mereka.

Jika hal tersebut dirasakan masih kurang, ingat Kodingen beta juga memiliki sebuah apps store yang berisikan repository aplikasi berbasis web yang dibangun dengan bahasa pemrograman yang telah didukung oleh Kodingen juga.



Dari phpMyAdmin, CakePHP, CodeIgniter, WordPress engine, Joomla, SquirelMail, dsb. telah terdapat didalam Kodingen Beta Apps Store.

Koding is New Kodingen

Setelah 3 tahun Kodingen sukses memberikan layanan Cloud Computing yang berjalan pada platform PaaS, mereka pun akhirnya mengeluarkan sebuah layanan yang lebih baik dalam hal tampilan, fitur-fitur, editor, keamanan, ftp, dan dukungan terhadap layanan Koding itu sendiri, walau Koding sendiri sampai saat ini masih terus ber-evolusi dan berkembang untuk mencapai target dalam pemberian layanan yang mereka janjikan.